Selasa, 27 Juli 2010

Tauladan SUNAN KUDUS

SUNAN KUDUS

Raden Ja`far Shodiq yang juga dikenal dengan sunan kudus adalah salah satu dari wali sanga. Putra Raden usman Haji atau Sunan Ngudung dari Jipang Panolan ini diyakini sebagai pendiri kota kudus. Sebelum dikenal sebagai pemuka Kota Kudus, Raden Ja`far Shodiq putra Raden Usman Haji atau Sunan Ngudung dan juga cucu Raden Rahmad adalah seorang senopati ternama kerajaan Demak Bintoro

Mitos-mitos berkaitan dengan Sunan Kudus

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata mitos adalah cerita suatu bangsa tentang dewa pahlawan zaman dulu (KBBI, 2001:749). Dalam karangan ini yang dimaksud dengan mitos adalah cerita yang berkaitan dengan Sunan Kudus sebagai pahlawan (penyebar agama islam) di kudus dan sekitarnya.

Sunan Kudus pemihak kebenaran

Dalam intrik perebutan kekuasaan Pajang, dikisahkan kejadian Sultan Trenggono menyuruh anak pertamanya, Pangeran Mukmin, mencuri keris pusaka Kyai Setan Kober dari tangan Sunan Kudus. Dengan memperalat istri Sunan Kudus, Pangeran Mukmin berhasil mencuri Kyai Setan Kober. Setelah mengetahui (tetapi sudah terlambat) perbuatan Pangeran mukmin, Sunan Kudus berkata, "Perbuatan jahat itu suatu saat akan membuatnya buta".

Benar, ketika itu Pangeran Sido Lepen diutus sunan mengejar Pangeran Mukmin untuk merebut kembali Kyai Setan Kober, namun Pangeran Mukmin menjadi buta karena terpercik darah Pangeran Sedo Lepen. Ucapan Sunan kudus menjadi kenyataan.

Pesan peristiwa itu jelas. Seseorang itu harus menjunjung sportifitas, bertindak jujur. Orang yang tidak lurus jalan hidupnya, selain menderita kebutaan batin juga dapat mengalami kebutaan fisik.

Sunan Kudus mengajarkan sikap arif, mampu menahan hawa nafsu, dan tidak emosional.

Dalam perseteruan Aria Penangsang dengan Sultan Hadi Wijaya (keduanya murid Sunan Kudus) di kisahnya, Aria Penangsang diberitahu bahwa tempat duduk yang disediakan untuk Sultan Hadiwijaya sudah dipasang guna-guna rajah kalacakra yang dapat membuat siapapun yang duduk diatasnya akan kehilangan kesaktiannya, dalam bahasa jawa apes jasade. Dalam pertemuan mereka berdua, Aria Penangsang dan Hadiwijaya, saling engan duduk di kursi yang sudah berajah kalacakra. Terjadi kebuntuan, karena ketidaksabaran Aria Penangsang, ialah yang dengan congkak menduduki kursi berajah kalacakra itu. Maka saat itu hilanglah seluruh kesaktian Aria Penangsang.

Pesan dari Peristiwa itu adalah sebagai murid Sunan Kudus (penganut islam), harus memiliki kearifan dalam berfikir, mampu menahan nafsu marah, memiliki kerendahan hati, tidak bertindak emosional.

Bangunan masjid mirip bangunan candi

Bila kita masuk kompleks Menara Kudus, kita dapat menyaksikakan bangunan-bangunan bernuansa hindu. Bangunan menara masjid Al Aqsa atau Al Manar di kompleks Menara Kudus jelas-jelas serupa dengan bangunan candi. "Menara Kudus dibangun dengan bahan batu merah. Kontruksi bangunan Menara Kudus itu seperti layaknya bangunan candi yang tediri dari selasar batur, kaki, tubuh, dan atap. Pada bagian atas kaki terdapat ornamen geometric dan hiasan segi empat yang masing-masing ujung kiri dan kanannya disambung dengan hiasan yang berbentuk segitiga. Konsepsi ataupun unsure-unsur bangunannya menunjukkan adanya perpaduan antara budaya Hindu dan Islam". (Muntohar, 36-37).

Demikian pula dengan gapura Padureksan (pintu gerbang masuk menara), Pancuran Wudhu yang berjumlah delapan buah, gapura kembar (di serambi luar masjid Agung menara), gapura samping (berada disamping masjid menara), semuanya berbangun candi.

Dengan bangunan masjid dan kompleksnya yang mirip candi, seolah-olah Sunan Kudus mau berkata, perubahan pad diri manusia itu terjadi secara bertahab. Juga tentang keyakinan. Perubahan keyakinan dari penganut agama Hindu ke penganut agama Islam juga melalui proses bertahap. Penganut islam harus mampu mengamalkan pesan Sunan Kudus itu. Disamping itu, Sunan Kudus juga mengajak kita untuk mampu melihat sesuatu dari esensi suatu hal. Misalnya, melihat masjid bukan dari bangunan fisiknya yang harus ada "mustaka" dan sejenisnya,tetapi dari sisi esensialnya. Masjid adalah tempat untuk menghadap Sang Khalik. Karena itu bangunan masjid menara peninggalan Sunan Kudus berbentuk seperti layaknya candi Hindu juga tidak bertentangan dengan akidah Islam.

Masyarakat kudus ditabukan menyembelih sapi

Pengertian masyarakat Kudus disini adalah masyarakat Kudus yang tinggal di kawasan Kudus. Sampai sekarang pemali atau pantangan menyembelih sapi tetap dijunjung tinggi oleh masyarakat Kudus. Perlu diketahui, yang menjadi pantangan adalah tindakan menyembelih sapi, bukan mengkonsumsi daging sapi.

Konon, perintah larangan menyembelih sapi bagi seluruh umat muslim di Kudus disampaikan Sunan Kudus demi menghormati umat Hindu dan Islam bias dihindarkan. Sikap toleran terhadap pemeluk agama lain dengan sangat jelas ditunjukkan Sunan Kudus.

Masyarakat Kudus dilarang menyembelih sapi sebagai pesan agar kita mau menghormati keyakinan orang lain, bertoleransi, tidak menyakiti hati orang lain.

Jalan dan buah dakwah Sunan Kudus

Benang merah dari keseluruhan jalan dakwah Sunan Kudus adalah penyampaian kebenaran itu harus mempertimbangkan tatakrama, kehalusan budi, kejernihan piker, dan sikap toleransi. Tatakrama berkaitan dengan adat-istiadat daerah, kehalusan budi berkaitan dengan kematangan emosional dan batin, kejernihan terkait dengan kematangan jiwa dan pengendalian diri, toleransi berkaitan dengan wawasan adanya kebenaran diluar kebenaran yang kita yakini.

Toleransi yang dikembangkan Sunan Kudus terbukti memberikan ketentraman pada masyarakat kudus untuk hidup berdampingan dengan damai, tanpa mengurangi nilai keislaman, dan tetap menempatkan Sunan Kudus sebagai Waliyullah terkemuka diantara sembilan wali yang kita miliki.

1 komentar: